Sabtu, 17 Januari 2015

TETASAN AIR MATA



Angka hampir menunjukan angka 3 sejak itu,
Iya 3 tahun sudah
Tepat di hari kamis, 19 Januari 2012
Tertenggung aku mendengar kepergiaanmu,
bergetar luluh perih hati ini melepasmu,
Bulir air mata jatuh tak tertahan,

Meski kini kau telah tiada,
Namun namamu tetap terpaku di relung hati kami,
Sebagai seseorang, seseorang “Sahabat terkasih, Sahabat tercinta, Sahabat tersayang”
Selamat jalan teman, terbang engkau bagai Merpati
Terbanglah dan tembus cakrawala Surga,
Lepaskan semua sakit, lelah, beban dan pederitamu,
Tersenyumlah yang manis pada SANG PENCIPTA
Terbanglah dengan tenang dan
Jangan hiraukan kami,
kami....
Kami yang menangis akan kepergianmu,
Kami yang terdiam tak bisa berkata,
Mungkin hanya tetesan air mata
yang hanya bisa kami lakukan saat itu
Kehilangan itu yang kami rasakan,
Kehilangan seseorang
Kehilangan orang yang dicintai,
Bagaikan jari yang terluka goresan pisau..
Kami mempunyai sebuah kenangan dengan dirimu
Maka hanya air mata dan hati,
Yang bisa merasakan kenangannya
Pergilah, pergilah sahabat, sahabat yang pernah kami sayangi,
Kami akan tetap mengenangmu,
Mengenangmu dalam hati
Selamat jalan SOLEKAH DEWI KIRANA.
Semoga Tuhan menempatkan kau di sisi TERBAIK,
Kami disini merindukanmu

LEMBARAN PUTIH



Lembaran putih berbolak-balik dalam kehidupan rindu
Makna, kuasa, dentuman, bahkan simfony dalam nada cinta
Semua terukir indah nan bebas lepas, tanpa makna yang lebih jelas
Kehidupan yang kini terpaksa,
Dalam simfony alam
Semua berbaur menjadi satu-kesatuan dalam keharmonisan hidup

Hidup itu penuh akan belantika, penuh nada, kuasa, bara dan bahkan penuh akan lara serta luka
Kertas buram, HVS, Karton, tersebar
Tergabung dalam suatu wadah dalam hidup
Dalam simfony Gemerisit rindu yang ada

Akankah ini akan kembali bersatu dalam lembut, halus dan putihnya tissue
Tapi itu tak mungkin, kenapa ?
Karena kacau balau belantika Koran yang terbesit tersambung penuh
Belantika nyata penuh duka
Semua bersatu dalam
Indahnya Ornamen kehidupan